Dewasa ini, mungkin kita sudah terlalu sering mendengar kisah manis seorang penulis yang sudah menjadi jutawan dari aktivitas menulis yang telah ditekuninya. Bahkan hampir setiap saat ada saja yang iseng memposting jumlah penghasilan yang diperolehnya dari penjualan buku karyanya itu. Atau seorang penulis freelance yang terkenal dan tulisannya banyak diminati sehingga setiap hari menerima transferan. Lalu, mata siapa yang tidak terbelalak dengan pemandangan menggiurkan itu? Rasanya pengen juga jadi penulis. Lebih tepatnya penulis yang berpenghasilan.
Tapi apapun itu, pekerjaan apapun itu akan selalu memerlukan proses panjang yang tidak mudah., termasuk menulis. Kata siapa menjadi seorang penulis hanya duduk manis memainkan jemari di atas keyboard sambil menikmati kopi panas? Sementara transferan ke tabungan terus mengalir. Omong kosong! Jika demikian, tidak akan ada penulis yang berhenti di tengah jalan.
Menulis karena ingin mendapat uang hanya akan rugi tenaga dan pikiran. Jangan sekali-kali mengharapkan rupiah dari kegiatan yang satu ini, karena menulis bukan suatu pekerjaan yang hanya memerlukan pikiran tapi juga perasaan. Lebih tepatnya, Anda harus mencintai kegiatan ini dan bersedia dengan segala resiko dan kabar buruk yang akan dihadapi.
Sedikit cerita, saya telah lama jatuh cinta dengan kegiatan menulis sehingga berinisiatif untuk menerbitkan satu karya novel. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan satu cerita abal-abal yang ingin sekali dibukukan, sehingga menghubungi beberapa penerbit indie. Kabar baiknya, saya menemukan penerbit yang fast respon, murah dan proses terbitnya cepat, katanya. Setelah file dikirim melalui email dan biaya penerbitan yang berjumlah ratusan ribu telah ditransfer, si penerbit cantyk ini hilang entah kemana. Usut punya usut, dia ternyata penipu. Lalu bagaimana? Ya mau bagaimana, bukankah cinta adalah mengikhlaskan? Bukan mencintai penerbitnya, tapi mencintai prosesnya dan siap dengan segala resikonya.
Tidak hanya itu, juga pernah menjadi penulis artikel, setiap tulisan biasanya dihargai seribu rupiah per seratus kata. Ya lumayan jika dikumpulkan. Dalam satu artikel terkadang terdiri dari 500 kata, per harinya bisa buat 5 artikel. Jadi 25000/hari. Jadi kalau sebulan ya hitung sendirilah,. Pengalaman pertama menjadi seorang penulis artikel, semangatnya luar biasa, mengingat fee yang akan diperoleh di akhir bulan nanti. Tapi realita tidak semanis ekspektasi. Di akhir bulan, saya tidak mematuhi deadline karena terkendala acara keluarga. Hasilnya apa? Setelah dimaki-maki melalui email, diblokir pula di WA. Hanya satu kesalahan, merusak semua perjuangan yang sudah berlalu. Sebagai pemula, jelaslah bahwa menulis satu artikel itu susahnya minta ampun, harus ikuti aturan, tidak boleh asal nulis, tidak boleh asal bacot. Capek sedikit dilarang langsung minta jodoh. hihii
Jadi fee-nya bagaimana? Jelas tidak dapat bayaran apa-apa dong.
Jadi, untuk berpenghasilan dari menulis butuh cinta paling tulus dari kegiatan tersebut. Harus siap dengan apapun yang akan menguras keringat dan air mata karena terkadang yang terlihat dari orang lain hanya enaknya saja. Kita tidak pernah tahu bagaimana ia jatuh-bangun untuk mendapatkan seribu atau dua ribu rupiah itu.
Memang bukan hanya menulis, semua pekerjaan pun demikian. Tapi terlalu banyak orang yang memandang kegiatan ini sebagai hobi paling mudah yang bisa menjadi ladang rupiah, meski faktanya tidak sama sekali.