Menu Navigasi

09 August 2019

Buras Kuliner Bugis Tidak Selalu Berisi Beras


Kenal dengan “burasa”? Jika pembaca merupakan asli bugis pasti sudah kenalan sejak masih kecil. Kalau bukan, silahkan berkenalan dulu. Panganan ini sudah banyak dijumpai di luar Sulawesi, seperti di Kalimantan dan beberapa wilayah di Indonesia bahkan Malaysia. Hal ini mungkin dikarenakan banyak masyarakat bugis yang merantau dan memperkenalkan makanan khas ini.

Buras terbuat dari beras yang dimasak terlebih dahulu dengan santan hingga menjadi nasi yang lembek, selanjutnya dibungkus menggunakan daun pisang lalu diikat dengan tali rafia. Biasanya dalam satu ikatan, terdiri dari 3 – 4 tangkup buras yang bentuknya pipih. Proses pembuatannya cukup rumit bahkan memasak buras butuh waktu berjam-jam. Tapi tetap saja  menjadi menu favorit bagi masyarakat bugis yang selalu menyisahkan kenangan menjelang lebaran.
Satu hari menjelang hari raya Idul Adha, kembali sosial media diramaikan oleh postingan yang telah lama viral tapi masih menjadi unggahan favorit para perantau, “Setinggi apapun sekolahmu, pulanglah mengikat buras.” Satu kalimat yang lumayan menohok khususnya bagi para pejuang toga yang jauh dari kampung halaman. Tentu saja hal ini mengundang kerinduan pada keluarga besar di tanah kelahiran.
Menu wajib yang selalu menjadi santapan masyarakat Bugis ini banyak menyimpan kenangan di setiap tahunnya. Bagaimana tidak, menjelang lebaran hampir semua keluarga berkumpul di area dapur, membuatnya dengan penuh canda dan kegembiraan. Hal ini menjadi moment paling berharga antara orang tua dan anak, suami dan istri,  nenek dan cucu untuk bertukar cerita di sela proses pembuatan.
Benarlah kalimat itu bahwa setinggi apapun pendidikanmu, pulanglah mengikat buras bersama keluarga untuk melengkapi kebahagiaan mereka. Sebanyak apapun buras yang berhasil diikat oleh seorang ibu tidak akan bermakna apa-apa tanpa kehadiran seorang anak yang hanya berkabar melalui via telepon. Suasana lebarannya hanya tentang dia dan sang pencipta, tidak ada warna perihal moment romantis bersama keluarga.
Jadi, jelaslah bahwa buras tidak selalu berisi beras tapi ada pula cinta, rindu dan kenangan di dalamnya. Maka, setinggi apapun jabatanmu, kesibukan itu tidak sepatutnya menjadi alasan untuk melewatkan hari-hari paling berharga menjelang hari raya bersama keluarga. Yuk angkat koper, pesan tiket pesawat dan kembali ke rumah!
 “Mak, engkana lisu maelo massio burasa.” :v