Kenal dengan “burasa”? Jika pembaca merupakan asli bugis
pasti sudah kenalan sejak masih kecil. Kalau bukan, silahkan berkenalan dulu. Panganan
ini sudah banyak dijumpai di luar Sulawesi, seperti di Kalimantan dan beberapa
wilayah di Indonesia bahkan Malaysia. Hal ini mungkin dikarenakan banyak
masyarakat bugis yang merantau dan memperkenalkan makanan khas ini.
Buras terbuat dari beras yang dimasak terlebih dahulu dengan
santan hingga menjadi nasi yang lembek, selanjutnya dibungkus menggunakan daun
pisang lalu diikat dengan tali rafia. Biasanya dalam satu ikatan, terdiri dari
3 – 4 tangkup buras yang bentuknya pipih. Proses pembuatannya cukup rumit
bahkan memasak buras butuh waktu berjam-jam. Tapi tetap saja menjadi menu favorit bagi masyarakat bugis yang
selalu menyisahkan kenangan menjelang lebaran.
Satu hari menjelang hari raya Idul Adha, kembali sosial
media diramaikan oleh postingan yang telah lama viral tapi masih menjadi
unggahan favorit para perantau, “Setinggi apapun sekolahmu, pulanglah mengikat
buras.” Satu kalimat yang lumayan menohok khususnya bagi para pejuang toga yang
jauh dari kampung halaman. Tentu saja hal ini mengundang kerinduan pada
keluarga besar di tanah kelahiran.
Menu wajib yang selalu menjadi santapan masyarakat Bugis ini
banyak menyimpan kenangan di setiap tahunnya. Bagaimana tidak, menjelang lebaran
hampir semua keluarga berkumpul di area dapur, membuatnya dengan penuh canda
dan kegembiraan. Hal ini menjadi moment paling berharga antara orang tua dan
anak, suami dan istri, nenek dan cucu
untuk bertukar cerita di sela proses pembuatan.
Benarlah kalimat itu bahwa setinggi apapun pendidikanmu,
pulanglah mengikat buras bersama keluarga untuk melengkapi kebahagiaan mereka.
Sebanyak apapun buras yang berhasil diikat oleh seorang ibu tidak akan bermakna
apa-apa tanpa kehadiran seorang anak yang hanya berkabar melalui via telepon.
Suasana lebarannya hanya tentang dia dan sang pencipta, tidak ada warna perihal
moment romantis bersama keluarga.
Jadi, jelaslah bahwa buras tidak selalu berisi beras tapi
ada pula cinta, rindu dan kenangan di dalamnya. Maka, setinggi apapun
jabatanmu, kesibukan itu tidak sepatutnya menjadi alasan untuk melewatkan hari-hari
paling berharga menjelang hari raya bersama keluarga. Yuk angkat koper, pesan
tiket pesawat dan kembali ke rumah!
“Mak, engkana lisu maelo massio burasa.” :v