Setelah melewati banyak masa yang penuh tawa dan juga jejak air mata, kini hati mulai memahami seberapa penting dia dan seberapa bodoh dirinya. Setelah melewati banyak kenangan dan pengorbanan, kini waktu telah mendikte setiap detik dan menit yang berlalu sia-sia. Siapa dia yang selama ini merenggut banyak kebahagiaan?
Terlampau lama merawat sesak dalam dada dari cinta yang tidak terjawab, terlampau tinggi melangitkan harapan-harapan yang seharusnya tidak menjadi bagian dari keinginan. Lalu apa yang luka persembahkan setelah takdir memberi kabar buruk itu, bahwa Tuhan mengabulkan dengan jalan yang berbeda.
Sekali lagi, air mata bening mempertontonkan dukanya sendiri, berkoar-koar dengan derainya yang semakin kalut. Ia hendak protes dengan keadaan, ia ingin mendustakan kenyataan. Tapi sayang, tidak ada yang mampu membantah ketetapan Tuhan.