"Tulisan ini hanya susunan kata sederhana, jangan dibuli,
hanya perlu dibui di dalam hati"
Tidak ada yang menyenangkan dari terlukanya hati yang telah
sekian lama mencintai. Tapi bukan berarti hal ini menjadi penghambat dari
sebuah kreatifitas diri. Itu tergantung dari masing-masing pribadi apakah
memilih terpuruk atau menjadikannya peluang untuk berkarya. Bagi seorang
penulis sejati, patah hati tidak selamanya menjadi bagian paling horor,
melainkan kesempatan untuk menuangkan segala isi hati dan pikiran menjadi karya
tulis yang menarik.
Mungkin kalian pernah mendengar bahwa tulisan paling menyentuh
itu lahir dari hati yang sedang jatuh cinta. Iya, benar sekali. Penulis akan
lebih produktif ketika suasana hatinya sedang berbahagia. Ada banyak
hal yang bisa dituliskan, kebaikan atau keindahan pasangan misalnya. Tapi ada
yang lebih brilian dari sebuah kebahagiaan, yakni duka paling dalam.
Kabar gembira bagi penulis yang hatinya sedang dipatahkan.
Ubahlah moment paling tragis menjadi manis dengan sebuah karya yang
diperhitungkan oleh dunia. Ada banyak kisah-kisah sukses yang berangkat dari
cerita hidup yang rumit. Siapa yang tidak mengenal Joanne Kathleen Rowling atau
J.K Rowling, penulis seri novel Harry Potter, wanita berkebangsaan Inggris yang
menjadikan karyanya mendunia. Perempuan ini mengalami kisah paling menyedihkan
bahkan sempat mengalami depresi sebelum karyanya populer.
Kenapa patah hati harus menjadi moment paling manis bagi
penulis? Berikut ini beberapa alasannya:
- Sebagai Ajang Balas Dendam
Balas dendam di sini bukan berbalik menikam
dengan benda-benda tajam, ini adalah balas dendam paling murahan yang pernah
ada. Bukankah balas dendam paling keren adalah menjadikan diri lebih baik? Ya,
jadikan moment ini sebagai peluang untuk membuktikan bahwa dia bukan segalanya.
- Melatih Keikhlasan dan Ketabahan Diri
Ketika tidak ada luka, bagaimana hati akan
ditangguhkan. Sederhananya seperti itu. Seseorang perlu berada di titik paling
rumit untuk memberikan peluang kepada dirinya agar bisa belajar ikhlas. Mungkin
selama ini hanya bisa menjalani banyak kebahagiaan, menerima yang datang tapi
lupa jika ternyata pertemuan pasti berujung perpisahan. Dengan menuliskan
segala yang tersimpan di dalam hati, lambat laun akan belajar bersahabat dengan
kenyataan.
- Membiasakan Diri Memaafkan
Tidak semua patah hati bermuara pada benci,
justru luka paling mengagumkan adalah yang pandai memaafkan. Mungkin tidak
mudah, tapi ini adalah keharusan untuk menjadikan patah hati sebagai moment
paling manis. Mengingatnya saja mengundang air mata, lalu bagaimana bisa
memaafkannya? Ya belajar! Air mata hanya bisa melemahkan ketika masih berderai,
tapi sesaat setelah reda akan berbalik menangguhkan. Jadi, hati-hati bagi orang
yang sampai menangis ketika terluka, setelah tangisnya reda, dunia pun bisa
terpukau dengan hatinya yang melebihi kekuatan baja.
Sejatinya, penulis adalah orang yang paling
mahir memaafkan. Bahkan mungkin suatu saat akan berterima kasih kepada yang
melukainya karena telah memberi peluang hebat yang menjadikan karyanya banyak
diminati.
- Kesempatan Emas untuk Dekat kepada Tuhan
Kekuatan doa selalu melebihi apapun. Efek
dari sujud-sujud panjang serupa cahaya yang menuntun rute perjalanan. Jangan
malu menangis di hadapan-Nya karena cinta atau kebodohan diri sendiri, mungkin
ini salah satu pengingat agar tidak terlalu berharap. Ciptakan moment paling
romantis dengan Tuhan yang berisi curhatan-curhatan yang tidak perlu manusia
ketahui.
Bagi seorang penulis, luka dari manisnya
patah hati akan menjadi pelajaran yang bisa di-share kepada orang lain dalam
bentuk tulisan. Tidak perlu berpikiran akan kekurangan pembaca atau terkesan
alay. Berbagi kebaikan saja, selebihnya itu urusan Tuhan.
Jadi bagaimana sahabat RUMPI? Menggalau terlalu lama bukan
karakter seorang penulis ya, apalagi meratap dengan sangat. Selalu ciptakan
peluang untuk tulisan-tulisan hebat. Nikmati kesedihan dengan mengundang banyak
inspirasi baru yang bisa menjadi ladang dari kata-kata paling mengagumkan.